FacebookInstagramTwitterContact

 

These 3 Stars Are Losing Weight Fast — Thanks To Stellar Winds Way Stronger Than The Sun's           >>           Tesla is reportedly laying off more than 10 percent of its workforce           >>           Adobe previews AI object addition and removal for Premiere Pro           >>           Zinc Supplementation Can Benefit Individuals With Erectile Dysfunction, Reveals Study           >>           Shiitake Mushrooms Are A Powerful Medicinal Superfood           >>           Regular Exercise Can Significantly Lower Your Risk Of Developing Cancer           >>           Various Knowledge Learned Prior To Open a Business           >>           Kobe Bryant’s Daughter Natalia Details How Parents Made Her A Taylor Swift Fan           >>           Pregnant Jenna Dewan Seeking Millions From Ex Channing Tatum’s Magic Mike Income           >>           This Is Why Dozens Of Men Decided To Tie Their Moustaches Together           >>          

 

SHARE THIS ARTICLE




REACH US


GENERAL INQUIRY

[email protected]

 

ADVERTISING

[email protected]

 

PRESS RELEASE

[email protected]

 

HOTLINE

+673 222-0178 [Office Hour]

+673 223-6740 [Fax]

 



Upcoming Events





Prayer Times


The prayer times for Brunei-Muara and Temburong districts. For Tutong add 1 minute and for Belait add 3 minutes.


Imsak

: 05:01 AM

Subuh

: 05:11 AM

Syuruk

: 06:29 AM

Doha

: 06:51 AM

Zohor

: 12:32 PM

Asar

: 03:44 PM

Maghrib

: 06:32 PM

Isyak

: 07:42 PM

 



The Business Directory


 

 



Kalimantan


  Home > Kalimantan


SMPN 2 Belimbing Dapat Penghargaan Adiwiyata Nasional


 


 January 6th, 2018  |  08:36 AM  |   2457 views

MELAWI - NANGA PINOH

 

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi merupakan sekolah satu-satunya di Melawi yang terpilih dan mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional 2017.

 

Menjadi sekolah yang mendapatkan penghargaan tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kepala sekolah, dewan guru, siswa serta orang tua murid dan warga di sekitar SMPN 2 Belimbing tersebut.

 

“Dari penghargaan adiwiyata nasional tentunya kami merasa bangga, karena di Melawi ini baru kami yang sudah mendapatkan Penghargaan Adiwiyata Nasional. Bahkan belum ada sekolah lain yang memperoleh adiwiyata tingkat Provinsi. Tentunya, keberhasilan dari jerih payah ini merupakan hasil dari kerjasama antara warga dan pihak sekolah, WWF Indonesia, Suar Institute, Dinas Lingkungan Hidup dan instansi lainnya,” kata Kepala Sekolah SMPN 2 Belimbing, H. Budiyanto, ditemui di kediamannya, Jumat (5/1).

 

Meskipun sudah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional, SMPN 2 Belimbing harus mempertahankan penghargaan itu bahkan melanjutkannya ke jenjang berikutnya yakni Adiwiyata Mandiri.

 

“Jenjang lanjutnya yakni ke Adiwiyata Mandiri. Dimana jika menuju ke sekolah Adiwiyata Mandiri harus memiliki minimal 5 sekolah imbas atau binaan yang mana 3 diantaranya nanti akan menjadi disample dan menjadi dampingi,” ungkapnya.

 

Menjadi sekolah Adiwiyata Nasional, harus memegang beban berat. Diantaranya harus bisa memberikan inspirasi, baik ke pihak sekolah, maupun kepada warga di sekitar sekolah. Kemudian memberikan edukasi kepada para kepala sekolah lainnya, bahkan kepada dinas-dinas terkait.

 

Tidak hanya itu saja, sekolah Adiwiyata juga harus bisa lebih banyak merajut kemitraan. Walaupun sudah dilakukan, namun semakin berada ditingkat tinggi, harus semakin banyak link kemitraannya.

 

“Jika kemarin-kemarin cukup dengan instansi terkait di kabupaten, namun dengan memegang gelar Adiwiyata Nasional, harus melebarkan sayapnya dengan mencari link ke tingkat provinsi, baik itu instansi terkait maupun ke perusahaan. Program ini berkelanjutan. Meraihnya lebih mudah dari pada mempertahankan,” ucapnya.

 

Budi menceritakan, untuk bisa memperoleh Adiwiyata Nasional, alurnya cukup panjang. SMPN 2 Belimbing sejak 2014 sudah diusulkan untuk tingkat kabupaten/kota, dan ditahun 2015 naik ke Provinsi, hingga nilainya masuk. “Kemudian di tahun 2016 dilakukan persiapkan dan diusul di awal tahun 2017, hingga akhirnya bisa mendapatkan Penghargaan Adiwiyata Nasional 2017,” jelasnya.

 

Lebih lanjut Budiyanto menceritakan, gambaran awal SMPN 2 Belimbing pada tahun 2011 sangat-sangat tandus dan gersang, serta dipenuhi semak belukar dan kumuh sekali. Semenjak pihaknya mengikuti lokalatih dari WWF Indonesia pada tahun 2011 akhir, serta didampingi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berbasis lingkungan seperti Suar Institute, pihaknya mulai melakukan pembenahan berkaitan dengan lingkungan. Hingga sampai tahun 2014, masih terus didampigi dari pihak terkait seperti WWF, Dinas Lingkungan Hidup, dan Suar Isntitute serta isntansi terkait lainnya.

 

Kemudian dalam upaya persiapan Adiwiyata, kami pihak SMPN 2 Belimbing memulainya dari dokumen satu sekolah, artinya visi misi sekolah yang tergambar yakni pendidikan lingkungannya. Setelah membuat visi misi, sekolah harus membuat Kelompok Kerja (Pokja) semacam tim kerja, yang didukung oleh tim dari sekolah.

 

“Kebetulan di SMPN 2 Belimbing ini memiliki 19 Pokja yang berkaitan dengan program Adiwiyata,” terangnya.

 

Membuat sekolah berbasis lingkungan, kata Budi, tidak cukup dengan melakukan penaman tumbuh-tumbuhan saja, namun juga dengan kesadaran dan terus menerus melakukan perawatan yang dilakukan secara kesadaran dan kerjasama. Salah satu menjaga lingkungan yakni meningkatkan kesadaran untuk tidak merokok dan membuang puntung rokok di wilayah sekolah dan tidak membuang sampah sembarangan.

 

“Di sekolah ini, untuk kebersihan serta pengelolaan lingkungannya tidak ada melibatkan tukang-tukang bayaran, melainkan melibatkan warga sekolah itu sendiri. Caranya membuka wawasan dan kesadaran bahwa kebersihan dan keindahan sekolah itu tanggungjawab bersama, antara guru, siswa dan termasuk masyarakat,” ucapnya.

 

Kini, perubahan pada SMPN 2 Belimbing terlihat pesat, dimana ketika masuk pintu gerbang SMPN 2 Belimbing, pandangan sudah disuguhkan dengan Keindahan taman yang dibangun oleh Dinas Lingkungan Hidup. Taman yang berada di kiri kanan jalan masuk itu, menampilkan berbagai taman seperti taman Tanaman Obat Keluarga (Toga), Taman Rawa, Taman Anggrek.  Masuk ke halaman dalam, terlihat tanaman tumpang sari dimana disana terlihat tanaman tebu dan juga tanaman buah naga.

 

Di sekolah tersebut juga memiliki ikon unggulan yakni hutan sekolah yang benar-benar dikelola sebagai pembeljaran. Dimana dibagian hutan tersebut ada pondok diskusi, serta fasilitas pembelajaran lingkungan lainnya seperti tempat pembuatan kompos. Di sekolah itu, selain menyediakan ruang belajar, juga menyediakan ruang praktek terkait lingkungan seperti ruang kompos dan ruang laboratorium.

 

“Dalam melakukan perawatan apa yang sudah ditanam dan dibangun, pihak sekolah hanya melakukan dokrin dimana membuat para siswa dan para guru peduli terhadap alam disekitar dan tumbuhan serta mahluk hidup didalamnya. Termasuk dalam melakukan perawatan apa yang sudah ditanamkan. Intinya, kita hidup ini tidak hanya sekarang, kita memikirkan yang kedepannya,” ujarnya.

 

Dulu, kata Budi, sebelum sekolah itu ikut program yang berbudidaya lingkungan. Di sekitar sekolah tersebut pernah dibabat dan ditebangi semuanya untuk ditanami sawit. Melihat itu pihaknya berpikiran untuk membawa anak-anak siswa ke lapangan yang panas dan gersang, untuk merasakan secara lansung. Ketika mereka membedakan belajar ditempat gundul dan gersang dengan belajar ditempat yang teduh, maka itu secara lansung masuk ke hati anak-anak dan gurunya.

 

“Kita menanamkannya bahwa hidup ini tidak hanya sekarang, tapi juga punya tanggungjawab akhirat. Yang mana tanggungjawab akhirat itu menjaga keleastariannya. Karena tuhan itu menciptakan semuanya, Entah itu berupa pohon, binatang, tentu ada manfaatnya. Nah jika kita merusaknya, tentu itu namanya ekploitasi. Memberikan racun seperti pestisida atau bakar-membakar itu juga ekploitasi. Jadi di sekolah kami itu tidak ada bakar membakar dan tidak ada penyemprotan menggunakan kimia,” paparnya.

 

Hal itulah yang diajarkan pihak SMPN 2 Belimbing kepada anak-anak, bahwa setiap perbuatan itu diminta pertanggungjawabannya dunia dan akhirat. Kemudian untuk merawat pohon, pihaknya mengajarkan kepada anak-anak, ketika pohon kering maka harus disiram.

 

“Kami menanyakan lansung ke siswa, ketika berpuasa tanpa minum dan tanpa makan dalam sehari, tentu terasa haus dan lapar. Begitu juga dengan tanaman, karena itu juga mahluk hidup, untuk itulah muncul kesadaran. Tidak diperintahkan, namun diteladani dan dicontohi lansung,” pungkasnya. (KN)

 


 

Source:
courtesy of KALIMANTAN NEWS

by KALIMANTAN-NEWS

 

If you have any stories or news that you would like to share with the global online community, please feel free to share it with us by contacting us directly at [email protected]

 

Related News


Lahad Datu Murder: Remand Of 13 Students Extende

 2024-03-30 07:57:54

Sydney Church Stabbing: Boy, 15, Arrested After Bishop Attacked

 2024-04-16 00:15:00

Tesla Lays Off More Than 10% Of Its Workforce

 2024-04-16 01:41:21